Page 12 - 57 X 76 - Hanafi • Goenawan Mohamad
P. 12
(setrika, peniti, pensil, jarum, boboko, dll.) Saya tak untuk buku Mirah Mini, 2012; Afrizal Malna untuk
menolak lansiran ‘pelukis abstrak’ pada sosok Hanafi. pameran Oksigen Jawa, 2015; dan Derau Jawa,
Tapi perlu ditambahkan bahwa kekhasan lain Hanafi 2016), pelukis (Sunaryo, untuk Pasar Seni Jakarta,
adalah pada temperamen artistiknya yang luwes dan 2013), koreografer dan penari (Lim Fei Shien dan
terbuka. Kenyataannya, ia tak pernah terlalu fanatik Maxine Happner, 2002), dll. Peran sang istri, Adinda
pada idiom abstraksi yang melulu mengandalkan Luthvianti, sangat penting dalam membentuk
elemen-elemen formal seperti garis, warna dan barik. lingkungan wawasan dan kerja Hanafi yang fleksibel
Pada lukisan Wedhus Gembel (2016), misalnya, dan beragam itu.
10
wujud gunung dapat kita kenali secara jelas, begitu
juga dengan awan tebal dan lahar yang menyala- Sementara untuk GM, 57 x 76 adalah proyek yang
nyala. Ada momen-momen yang sangat khusus yang menandai kolaborasi pertama dengan pelukis lain
mendorongnya mengekspresikan gagasan dengan sepanjang hidupnya. Riwayat GM sebagai perupa
bahasa formal, lalu memilih untuk menampilkan memang tidak sepanjang Hanafi. Tapi bukan berarti
benda-benda pada momen yang lain. Afrizal Malna kolaborasi adalah hal yang sama sekali baru dalam
mengidentifikasi kecenderungan ini sebagai suatu kerja kreatifnya. Sebagai sastrawan, GM tentu sudah
warisan yang diturunkan dari ‘estetika animisme’ banyak bekerja sama dengan penerjemah atau
yang Hanafi pelajari dari penata teater Roedjito. penyunting. Sebagai redaktur penerbitan, ia juga
9
kenyang dengan pengalaman menyunting tulisan
Keterbukaan Hanafi juga tercermin pada riwayat para wartawan. Kritikus Bambang Bujono pernah
panjang kolaborasinya dengan sejumlah praktisi menengarai keterkaitan yang kuat antara garis
dari disiplin lain, misalnya arsitek (Yori Antar untuk pada gambar-gambar GM dengan kebiasaan untuk
11
JakArt@2001; Andra Matin, untuk sejumlah proyek menulis dengan tangan. Ketika memberi catatan
patung dan lansekap, termasuk patung Sukarno atau menyunting ketikan pada selembar kertas, GM
di Ende, Flores, 2013), sastrawan (Nukila Amal, seringkali harus membubuhkan catatan-catatannya
10 Malna, ibid.
9 Afrizal Malna, Ujung yang Tersembunyi dalam Gulungannya, esai 11 Bambang Bujono, Dari Badut, Kuda Chairil hingga Raja Lear,
untuk pameran Biografi Visual: Oksigen Jawa, di Galeri Soemardja, dalam Melampaui Citra dan Ingatan, Bunga Rampai Tulisan Seni
Bandung, 2015. Rupa 1968-2017, Jakarta, Yayasan Jakarta Biennale, 2017, hal. 413.
12