Page 8 - 57 X 76 - Hanafi • Goenawan Mohamad
P. 8

artistik yang menandai transisi dari modernisme ke            merujuk pada pengertian ‘seniman’ sebagai sang
          posmodernisme.  Charles Green, dalam telaahnya                pengarang: individu tunggal yang ‘jenius’ dan
                           2
          tentang praktik seni dalam konteks Euro-amerika               partikular. Semenjak Renesans, modernitas Barat
          setelah 1960-an, misalnya, memahami kolaborasi                mempercayai bahwa ‘kemajuan’ dapat dicapai
          bukan sekadar sebagai cara baru untuk meredefinisi            ketika individu mampu melepaskan diri dari berbagai
          seni, tapi juga sebagai suatu upaya sadar para                kungkungan kolektivitas, dogma-dogma agama

          seniman untuk memproyeksikan identitas artistik               dan ketergantungan terhadap individu lain. Para
          mereka. Kolaborasi adalah jalan alternatif untuk citra        sejarawan seni sejak Vasari lantas menempatkan
          seniman yang terlanjur dikonstruksikan sebagai                pembahasan tentang gaya-gaya, teknik dan kelahiran
          sosok terisolir dan penyendiri.  Sementara Maria              bahasa-bahasa estetik seni modern sebagai
                                         3
          Lind, dalam ulasannya tentang berbagai perdebatan             pencapaian individu: Seniman adalah individu yang
          kritis tentang aktivisme dan praktik kolaborasi sejak         sadar-diri (self-conscious) dan independen dalam
          1990-an, mengusulkan suatu pandangan yang                     berbagai upayanya untuk menghasilkan inovasi
          menempatkan kolaborasi sebagai suatu manuver                  estetik.

          seniman dalam medan seni neo-liberal untuk
          menciptakan ‘otonomi kolektif.’                               57 x 76 memang bukan sebuah proyek yang
                                          4
                                                                        mengikuti tren mutakhir praktik kolaborasi
          Secara umum, kolaborasi selalu merupakan                      kontemporer. Jika dalam proyek-proyek ‘seni berbasis

          manifestasi dari semangat keterbukaan dan                     komunitas’, sebut saja begitu, ada dorongan untuk
          mencairnya subjektivitas seniman—di sini saya                 membongkar subjek seniman sebagai ‘pusat’, dan
                                                                        menempatkan ‘publik’, ‘masyarakat’, atau ‘pemirsa’
           Lind, ibid., hal. 53-54, lihat juga Charles Green The Third Hand, Collaboration in Art
          2
                                                                        sebagai bagian yang aktif dalam proses penciptaan
          from Conceptualism to Postmodernism, University of Minneapolis Press, 2001, hal. x.
          3
           Berbagai praktik kolaborasi yang muncul setelah seni konseptual
          pada 1960-an dalam konteks Euroamerika, termasuk yang         artistik, kolaborasi Hanafi dan GM masih berfokus
          dilakukan oleh kelompok Art & Language, duo Gilbert and       pada proses penciptaan di antara mereka berdua
          George, Abramovic–Ulay, dan Jean Claude–Christo, menunjukkan   sebagai seniman. Namun jika dibandingkan dengan
          kesadaran dan upaya seniman untuk memproyeksikan model
          kepengarangan sekaligus identitas artistik yang baru. Lihat Green,   kolaborasi antarseniman yang bersifat spontan
          ibid., hal. xi-xiii.
          4                                                             / impromptu (misalnya, pada kegiatan ‘melukis
           Lind, op.cit., hal. 67
          8
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13