Page 9 - 57 X 76 - Hanafi • Goenawan Mohamad
P. 9
bersama’, di mana dua orang atau lebih seniman Sekurang-kurangnya untuk dua alasan, pendirian SIM
beramai-ramai melukis pada satu kanvas dan (Seniman Indonesia Muda) pada 1946 di Madiun oleh
ditonton oleh orang banyak sebagai semacam Sudjojono, harus disebut sebagai momen penting
‘demo’ atau performans ), 57 x 76 punya sejumlah yang menandai bagaimana kolaborasi artistik mulai
5
kekhususan. Dan sebelum mengidentifikasi dipraktikkan secara baru dalam sejarah seni rupa
kekhususan itu, saya ingin terlebih dahulu menengok Indonesia. Pertama, berbeda dengan pola pembuatan
kilasan sejarah. karya-karya seni sakral, atau ‘tradisional’, semacam
totem pemujaan masyarakat suku atau pahatan
Meskipun tulisan-tulisan mendalam dan definitif pada candi (yang juga melibatkan kerja kolektif),
tentang kolaborasi artistik di Indonesia masih sangat kolaborasi di antara para anggota SIM terjadi ketika
minim, dapat dipastikan bahwa ‘kerja-bersama’ konsep seniman sebagai individu pengarang sudah
(co-labour) antarseniman sama sekali bukan dikenal. Di sanggar SIM, selain belajar melukis, para
praktik yang baru. Gagasan tentang kolaborasi seniman juga mengerjakan poster-poster, mural,
berkembang tak terpisahkan dengan pasang- baligo berukuran besar dan pamflet propaganda—
surutnya kolektivisme sebagai sebuah gagasan sebagian besar merupakan pesanan pemerintah—
sentral untuk membicarakan kehidupan sosial yang umumnya memang membutuhkan kerja tim.
6
masyarakat Indonesia hingga hari ini. Kolektivisme— Kedua, pendirian SIM juga dilatarbelakangi oleh
di sini saya definisikan secara sederhana sebagai nasionalisme sebagai semangat baru yang mengikat
gugus nilai atau prinsip yang menempatkan individu masyarakat ke dalam entitas kolektif baru yang
sebagai subordinat dari kelompok—bisa ditelusuri disebut bangsa. Kendati masing-masing berkarir
sejak tumbuhnya kesadaran untuk berkumpul dan secara profesional sebagai pelukis, para pelukis SIM
berserikat di antara para seniman. tidak membubuhkan tanda tangan pada karya-karya
yang mereka kerjakan bersama-sama. SIM menjadi
model untuk kelompok-kelompok seniman yang lahir
5
Salah satu dari sekian banyak seniman Indonesia yang paling
setelahnya, di antaranya Pelukis Rakyat, Sanggar
sering melakukan kegiatan semacam ini adalah Nasirun. Pada
2012, bersamaan dengan peluncuran buku Stories of Affandi, ia
melukis bersama dengan Kartika Affandi pada satu kanvas, lalu 6 Mia Bustam, Soedjojono dan Aku, Jakarta, Pustaka Utan Kayu,
melakukannya lagi dengan 50 pelukis lain di Yogyakarta pada 2006., hal. 110. Lihat juga Jim Supangkat, Srihadi dan Seni Rupa
2013. Indonesia, Jakarta, Art:1, 2012, hal. .
9