Page 17 - 57 X 76 - Hanafi • Goenawan Mohamad
P. 17

pernah terletak pada penggabungan tulisan dengan               Sosok-sosok manusia (sebagai badut, buruh,
               gambar, apalagi dikait-kaitkan melulu dengan                   perempuan berjilbab, dst.), binatang (anjing, gajah,

               riwayat GM sebagai sastrawan dan Hanafi sebagai                monyet, rusa, dsb.), benda-benda (kran air, botol
               pelukis. Kenyataannya, sebagai pelukis, Hanafi                 bir, perahu, dll.): Pada karya-karya Hanafi dan GM
               tak pernah anti dengan tulisan. Proyek biografi                dalam pameran ini akan kita temukan kecenderungan
               Oksigen Jawa, di mana ia menerbitkan kumpulan                  figuratif yang dominan. Beberapa keping karya secara

               tulisan otobiografisnya, misalnya, membuktikan                 jelas mengalusikan kepada figur-figur yang sangat
               kedekatannya dengan dunia tulis-menulis. Pada                  dikenal (Stephen Hawking, Raden Saleh, Max Ernst,
               lukisan-lukisannya kita juga akan sering menemukan             Pablo Picasso, misalnya). Sebagian karya berupa
               huruf-huruf ataupun angka, terkadang sebagai suatu             seri yang secara sengaja digarap dengan mengulang

               pernyataan yang lugas dan terbaca, tapi seringkali             bentuk acuan awal, untuk akhirnya menegaskan
               sebagai elemen yang meredakan pertengkaran                     bahwa proses aleatorik yang mereka jalankan justru
               tulisan dengan yang visual.  Kendati menyandang                tidak pernah menghasilkan repetisi. Kita tentu boleh
                                            18
               lansiran ‘pelukis abstrak’, ia juga tak pernah anti            menebak-nebak bagian mana yang digarap oleh

               pada metafor. Ketika melukiskan objek (meja, wajan,            Hanafi atau GM pada satu keping kanvas. Tapi
               setrika, kepompong ulat, gergaji, misalnya), yang              percayalah bahwa tebakan itu bisa luput dengan
               ia olah dan sajikan sebenarnya adalah persoalan                mudah, dan respon semacam itu sama sekali bukan
               asosiasi-asosiasi dan metafor, yang seringkali                 yang diharapkan oleh proyek ini.

               dirumuskan dari suatu refleksi puitik sekaligus
               filosofis. Dalam beberapa hal, lukisan-lukisan itu             Dua tanda tangan pada setiap keping karya dalam
               memenuhi kaidah lirisisme, terutama dalam cara                 pameran ini memang masih meneguhkan kehadiran
               Hanafi menghubungkan kenyataan-kenyataan yang                  dua subjek individu seniman. Akan tetapi metode

               dijumpainya dengan visualisasi yang mengarah                   kerja yang ditempuh sesungguhnya menegaskan
               pada emosi dan persepsi yang paling subjektif dan              bahwa proyek kolaborasi ini pada akhirnya justru
               idiosikratik.                                                  menggoyahkan identitas kepengarangan masing-
                                                                              masing. Baik Hanafi maupun GM sebagai individu

               18  Afrizal Malna, op.cit.                                     tak lagi punya otoritas penuh untuk mengatakan


                                                                                                                                    17
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22