Page 8 - Inner Gazing
P. 8
lukisan potret diri dalam mimik ekspresi tersenyum dengan memaknai hadirnya objek – objek plastik dalam karyanya dari
ekspresi senyuman yang berbeda beda pula mulai dari tersenyum awalnya sebagai sebuah penanda budaya menjadi sebuah
simpul hingga tersenyum lebar layaknya orang tertawa. Masing “ancaman”. Maka hadirlah beberapa karya mutakhirnya yang juga
masing potret diri tersebut tampak berlumuran cat aneka warna. secara medium menunjukkan pergeseran dan perubahan. Jika
“Pencitraan” begitu ia member judul pada lukisan yang terdiri dari sebelumnya iya intens dengan medium cat minyak maka pada
beberapa panel ini. Dalam karyanya ini Nano menghadirkan sudut karya – karya yang Ia tampilkan kini ia memakai medium akrilik.
pandangnya atas apa itu perilaku “pencitraan”. Sebatas mana Perpindahan medium ini juga berpengaruh pada teknik yang
perilaku pencitraan itu diperlukan dalam membangun image atau dipakai oleh Suja. Teknik tentu saja berpengaruh dalam tampilan
branding diri , didalam setiap perilaku pasti ada dualitas baik dan visual. Menurut Suja sejak perpindahanya ke medium akrilik Ia
buruk. Namun Nano memilih untuk tidak mempertentangkanya. intens menghadirkan sapuan sapuan yang lebih ekspresif dalam
“Nikmati saja , namanya juga hidup” begitu ungkapnya sambil karya – karyanya.
tertawa lepas.
Putu Bonuz Sudiana adalah salah satu perupa yang dikenal intens
Dinamika persoalan sosial hingga ekologis yang dihadapi Bali bereksplorasi di jalur seni lukis abstrak. Dalam menghadirkan
menjadi subject matter yang diungkap dalam karya – karya I karya – karyanya Bonuz tampaknya sangat dipengaruhi oleh
Wayan Suja kini. Subject matter ini adalah keberlanjuttan dari kondisi diri dan lingkungan sekitarnya. Abstrak sebagai sebuah
subject matter kekaryaanya sebelumnya. Pada mulanya Suja genre seni lukis yang menempatkan elemen elemen seni
tertarik mengeksplorasi gagasan pada persoalan identitas rupa yang paling esensial dari kerupaan itu sendiri memang
dengan menghadirkan potret potret manusia Bali kini dalam terbaca sangat dekat dengan ekspresi personal dan batiniah
interaksinya dengan berbagai pengaruh dari luar Bali. Pada sang seniman dalam balutan bahasa ungkap yang cenderung
karya – karyanya di awal decade 2000an kita melihat Suja kerap formalistik. Namun sesungguhnya bila dikaji dan ditelisik
menghadirkan potret potret anak anak ataupun orang dewasa lebih jauh perkara kerupaan ataupun perkara kebentukan
Bali yang sedang berhadapan debngan berbagai produk produk (formnalisme) dalam seni abstrak tidaklah sesederhana yang
dari luar hal ini adalah cara Suja dalam merepresentasikan dibayangkan. Ada lapisan lapisan pembacaan yang bisa
gagasanya soal identitas budaya Bali di tengah realitas pengaruh berkembang di dalamnya. Penghayatan – penghayatan perupa
budaya luar Bali yang tak terelakkan. Pada perode selanjutnya secara lebih mendalam tentang apa yang sedang dilakukanya
karya – karya Suja memperlihatkan satu perubahan dengan sesungguhnya bisa jadi salah satu jalan untuk membaca
hadirnya objek plastik plastik kemasan dengan berbagai dan melihat dan merasakan seni lukis abstrak. Bonuz yang
brand yang menutupi wajah wajah orang Bali. Pada perode dalam keseharianya adalah seorang perupa sekaligus seorang
tersebut Suja masih tetap intens pada persoalan identitas, pemangku tentu sangat dekat dengan bewrbagai aktivitas religi
interaksi antara kebudayaan tradisi Bali dengan kebudayaan dalamtradisi hindu Bali. Ia terbiasa dengan aktivitas membaca
“modern”. Pendek kata Suja seperti tertarik untuk menghadirkan mantra mantra , memainkan genta, akrab dan sangat dekat
benturan – benturan antara dua hal yang berbeda. Dalam dengan berbagai simbol simbol dan berbagai sarana upakara
pameran kali ini Suja menghadirkan karya yang menunjukkan atau banten dalamtradisi ritual di Bali. Hal itu sangat disadari
perkembangan gagasan dari gagasan karya yang sebelumnya. betul sangat berpengaruh dalam proses kreatifnya. Disamping itu
Dalam seri karyanya kali ini Suja memfokuskan subject matter ketertarikan Bonuz pada suara ataupun bunyi juga menjadi point
karyanya pada persoalan ekologis yang tengah dihadapi Bali penting dalam proses kreatif penciptaan karya – karyanya. Hal
khususnya tentang persoalan sampah plastik. Menurut Suja ada hal tersebutlah yang coba Bonuz endapkan dalam kesadaranya
kegelisahan dari dalam dirinya sebagai perupa dimana persoalan dan secara sadar pula ditampilkan sebagai titik berangkat dalam
sampah plastik cukup menjadi daya ganggu bagi dirinya untuk menghadirkan karya karya abstraknya dalam pameran ini. Seri
ikut bersuara dalam menyikapi hal itu. Suja yang percaya bahwa Mystical Rhytem begitulah Ia memberi tajuk pada beberapa
sebuah karya seni rupa disamping memiliki aspek artistik lukisan yang ia tampilklan dalam pameran kali ini. Dimana
tapi juga aspek pesan didalamnya akhirnya mengembangkan didalamnya Bonuz coba menghadirkan gagasanya dalam
atau menggeser sedikit cara pandang dan konsepnya dalam mencerap unsur suara, gerak, dalam balutan nuansa mistis yang
6