Page 6 - Momentary Lapse
P. 6
SELANG WAKTU SESAAT
Seorang laki-laki berkumis, berjenggot tipis tampil dengan pose setengah badan, tanpa baju
memamerkan tatto jantung merah tertembus panah terajah di kulit dada kanan. Penampilan
cukup meyakinkan, kedua tangan dilipat di depan dada, bibir tertutup dan tatapan ke depan
seperti berusaha menampilkan wajah tenang dan wibawa. Mengenakan udeng putih dan keris
terselip di pinggang, terbungkus saput poleng terikat kain merah mirip sosok pecalang, penjaga
keamanan tradisional Bali. Figur ini berpose di depan latar tembok putih berbingkai ornamen
Bali yang berisi sketsa candi bentar dan pelinggih simbol kesucian yang penuh dengan coretan
dan celoteh berbahasa Bali.
Salah satu karya I Made Arya Palguna ini dengan lugas menyandingkan tanda-tanda religius,
suci, sakral dengan tanda-tanda profan, populer dan kasar dalam satu bidang kanvas. Seperti
ingin mengungkapkan nuansa paradok dalam wajah Bali masa kini. Karya yang diberi judul
“selfie” ini, secara visual juga juga dapat menjadi petunjuk jika Palguna kini ada di Bali.
Setelah lebih dari 20 tahun berpetualang di Yogyakarta, kini saatnya Palguna berlabuh, berpijak
kembali di tanah Dewata, merasakan panas dan dinginnya matahari Bali. Kembali memulai
menata hidup di Bali, menjadi moment yang sangat istimewa. Suatu pase menyambung
kembali jejak ingatan yang tertinggal dan menemui realitas yang telah berubah, sehingga
meletupkan gejolak emosi dan loncatan energi yang kemudian ditransformasikan dengan
elok ke dalam media kanvas atau kayu menjadi karya seni lukis dan patung. Melalui
pameran tunggal yang diberi tajuk “Coming Home: Momentary Lapse”, palguna ingin berbagi
pengalaman yang ia rasakan dalam mengayuh langkah baru di Bali.
Palguna lahir dan dibesarkan di desa Ubud, desa dengan sejarah seni yang gemilang, tempat
terjadinya percumbuan dan pergulatan para revolusioner di bidang seni yang berhasil
menumbuhkan gerakan seni rupa modern Pita Maha. Di desa ini Palguna menikmati masa kecil
hingga remaja.