Page 5 - Hanafi - Home By A New Road
P. 5

Coming Home adalah tema rangkaian pameran seni rupa oleh perupa-perupa yang karyanya
ditampilkan di Komaneka ketika mereka masih muda, dan sejak itu mereka terus berkiprah hingga
meraih pengakuan internasional. Membawa karya mutakhir mereka kembali ke Komaneka adalah
semacam pulang kampung.

Hanafi, yang melukis setiap hari tak peduli ia ingin atau tidak, mengatakan dirinya melukis
“apapun yang terjadi”. Ia mengutip motto: Melukis itu, melukis yang tidak bisa kamu lukiskan.
Hanafi juga menaruh perhatian besar pada pengalaman kekacauan dan kegamangan. “Ini semacam
mempertanyakan, rekonstruksi.” Itulah sebabnya ia sebut pameran ini sebagai pulang melalui jalan
baru. “Sangat penting untuk selalu menempuh jalan baru, bahkan untuk tujuan yang sudah tidak
asing lagi: itu akan menimbulkan kegamangan dan kebingungan” – yang bagi Hanafi hampir
merupakan energi, keadaan batin yang subur untuk terjadinya penemuan. Sebagian dari disiplin
Hanafi adalah berusaha membebaskan garis dari fungsinya, dan menerapkannya sebagai pola. Hal
ini menuntut interogasi batin terus-menerus.

Di antara karya-karya yang dipamerkan dalam Coming Home adalah meja panjang dengan lukisan-
lukisan kecil berbingkai lapik yang diletakkan di atas meja dengan sangat cermat dan rapi. Karya
ini dimaksudkan sebagai isyarat tentang perjamuan Malam Tahun Baru. Namun di dekat salah satu
ujung meja terdapat tumpukan karya yang dapat diacak-acak orang. Tumpukan yang tidak rapi (tapi
diletakkan secara bijaksana) ini dimaksudkan untuk memperkenalkan unsur kekacauan. “Tidak
semua yang rapi itu benar,” katanya. “Atau begitulah dugaan saya.”

Kanvas-kanvas besar dalam pameran ini menampilkan bidang-bidang kemilau cahaya dalam warna-
warni redam, tempat kemunculan peristiwa-peristiwa visual yang padat dan gelimang garis yang
menata dan menghidupkan ruang. Hanafi menggunakan warna secara hemat, terinspirasi dari bumi
perkotaan pada masa kecilnya: genteng terakota, semen. Karya-karya yang sangat menawan. Ketika
ditanya bagaimana karya-karya itu bisa begitu indah, ia berkata, “Keindahan itu seperti orkestra.
Tersusun dari banyak unsur: ada bersih, kosong, polemik; ada tertib dan kacau, datar dan berisi.”

Namun apa yang paling menerangi karya-karya itu mungkin kemurnian niat sang perupa – komitmen
untuk hanya melukis apa yang merebak dari jiwa.

                                                                                                                                                                                5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10